TAK MUDAH BUKAN BERARTI TAK MUNGKIN (BIOGRAFI)
Awang adalah nama panggilannya sehari-hari, terlahir
dengan nama lengkap Eduard Awang Maha Putra di Kota Mataram, Nusa Tenggara
Barat pada Rabu, 21 Juni 2000 tepat pukul 09.36 WITA. Terlahir sebagai anak
bungsu dari ayah yang merupakan seorang guru SMP Negeri dan ibu yang merupakan
seorang laboran di salah satu SMP swasta di Kota Mataram membuatnya tumbuh
dalam didikan orang tua yang selalu memprioritaskan pendidikan di atas
segala-galanya. Memiliki orangtua sebagai pendidik membuat ia terbiasa dengan
kebiasaaan mereka yang selalu mengembangkan ilmu yang dimiliki dengan rajin
membaca buku. Membaca buku menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya,
sehingga menjadi sebuah kewajiban tak bersyarat untuk selalu menyisihkan waktu
membaca buku atau berita agar dapat memperluas ilmu dan wawasan.
Berada di lingkungan seorang pendidik membuat ia ingin
terus belajar dan melakukan pengembangan terhadap banyak hal. Pada tahun
pertama di SMP ia mulai bergabung menjadi salah satu anggota OSIS, berkat etos
kerja dan kemampuan yang dimiliki, tahun berikutnya ia dipercaya menjadi
Ketua OSIS pada masa bakti tahun 2013-2014. Menjabat sebagai Ketua OSIS merupakan sebuah pengalaman yang
berharga untuknya yang baru mengenal dunia organisasi dan juga baru belajar
menjadi seorang pemimpin.
Setelah 3 tahun menempuh
pendidikan di SMP, ia melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di salah
satu sekolah swasta terbaik di Kota Mataram yakni SMAK KESUMA MATARAM. Pada
saat pemilihan jurusan ia memutuskan untuk memilih jurusan IPA dan memperoleh
kesempatan untuk bergabung dalam kelas unggulan dikarenakan nilai raport SMP
yang dimiliki ia dirasa mampu untuk masuk kelas tersebut dan juga berdasarkan
skor tes Intelligence Quotient (IQ) yang sebelumnya diadakan oleh pihak
sekolah. Menjadi bagian dari SMAK Kesuma Mataram merupakan suatu kebanggaan,
mengingat SMAK Kesuma Mataram merupakan sekolah yang dikenal banyak melahirkan
siswa berprestasi, baik dari segi akademik maupun non akademik, hal ini dapat
dilihat di mana rata-rata setiap minggu ada saja siswanya yang memperoleh juara
dalam perlombaan dan kemudian saat upacara bendera dipanggil naik ke atas
panggung dan mendapat kesempatan berbicara tentang pencapaian yang telah
diterimanya. Hal semacam itulah yang memotivasinya untuk dapat terus
mengembangkan diri dan menyumbangkan prestasi demi mengharumkan nama sekolah
dan orang tua tercinta. Sehingga selama masa SMA ia cukup dikenal sebagai siswa
yang berprestasi karena berhasil mewakili sekolah dan menjuarai beberapa
perlombaan baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Adapun beberapa
prestasi yang pernah diperoleh selama duduk dibangku SMA yakni Juara 2 Lomba
Cerdas Cermat Bank Indonesia tingkat Provinsi NTB pada tahun 2016 dan 2017,
Juara 1 Kejuaraan Bola Basket tingkat SMA Se-Provinsi NTB pada tahun 2017, dan
juga Juara 3 Lomba Cerdas Cermat Koperasi tingkat SMA Se-Kota Mataram.
Setelah 3 tahun menempuh pendidikan SMA, ia melanjutkan studi di salah satu universitas terbaik di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni Universitas Mataram pada program studi Ilmu Hukum melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Menjadi mahasiswa hukum merupakan impiannya sejak SMA karena ia memiliki cita-cita untuk dapat menjadi Guru Besar Ilmu Hukum dan dapat membantu pengembangan ilmu hukum Indonesia kelak dimasa depan. Tokoh yang menginspirasinya yakni Bapak Prof. Mahfud M.D. Jejak karir, karakter, dan gagasan-gagasan beliaulah yang memberinya motivasi untuk dapat setidaknya memulai menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Mataram. Tentunya menjadi seorang mahasiswa pada kampus merah (sebutan untuk Fakultas Hukum) memberikan hal yang berbeda baginya yang baru lulus SMA dengan latar belakang IPA, karena tidak lagi mempelajari rumus-rumus kimia, matematika, ataupun fisika, serta melupakan proses menghafal nama-nama latin dari hewan, tumbuhan, dll.
Dengan pengalaman organisasi yang dimiliki sejak SMP, ia memutuskan bergabung dalam organisasi kampus yang bernama Forum Mahasiswa Pengkaji Konstitusi (FORMASI FH UNRAM) yang merupakan organisasi yang terfokus dalam bidang debat, riset-riset ilmiah, serta kepenulisan. Perjalanannya selama berproses di FORMASI merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa, hal ini dikarenakan sejak awal bergabung pada saat semester 1 ia sudah dipercaya oleh para senior dan teman seangkatan untuk menjadi kepala departemen Hubungan Masyarakat (HUMAS) pada kepengurusan tahun 2018-2019. Alhasil dengan berbekal pengalaman berorganisasi di bangku sekolah dan juga kerjasama yang solid dengan anggota departemen HUMAS, ia berhasil menuntaskan tanggung jawab dengan hasil yang baik dan beberapa program yang telah dicanangkan pada awal kepengurusan dapat berjalan dengan lancar. Pada tahun 2019 saat memasuki semester 2, ia dipercayakan untuk menjadi Ketua Panitia FORMASI LAW FAIR yang merupakan Lomba Debat dan Esai Mahasiswa tingkat Nasional yang pertama kali diadakan oleh FORMASI FH UNRAM dengan lancar dan sukses serta dapat mengharumkan nama Universitas Mataram terlebih khusus Fakultas Hukum UNRAM pada kancah nasional. Hingga pada tahun 2020 ketika memasuki semester 4 ia dipilih untuk menjadi Ketua Umum FORMASI FH UNRAM periode tahun 2020.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh dan dilalui
selama di FORMASI lah yang membuatnya dapat berkembang menjadi pribadi yang
lebih baik dan lebih lengkap, melalui organisasi ini ia mulai belajar tentang
cara membuat sebuah karya tulis, menyampaikan gagasan atau argumentasi yang
terstruktur, dan arti pentingnya relasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain
itu organisasi inilah yang mampu menjadikannya sebagai sosok yang lebih dewasa
dalam bertindak dan bersikap terutama dalam mengambil keputusan dan juga mampu
menghantarnya untuk meraih prestasi selama menempuh jenjang pendidikan S-1, diantaranya ia pernah menjadi finalis lomba
esai mahasiswa tingkat nasional, terpilih menjadi kader terbaik pengawas
partisipatif Bawaslu NTB, serta menjadi penerima beasiswa PPA (Peningkatan
Prestasi Akademik) tahun 2019 dan juga beasiswa Bank Indonesia pada tahun 2020
- 2021.
Walaupun dengan segala
kesibukan yang dilalui selama berorganisasi tentunya tidak mempengaruhi
aktivitas akademik yang ia jalani , hal ini karena ia selalu mengingat pesan
dari orang tuanya bahwa organisasi memang penting tapi orang tidak pernah
bertanya sudah sejauh mana karir organisasimu akan tetapi orang bertanya sudah
sampai mana kuliahmu, hal ini yang
memotivasinya untuk dapat berkuliah dengan sungguh-sungguh sehingga pada
awal tahun 2022 ia berhasil menuntaskan studi S-1 dalam waktu 3,5 tahun dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yakni 3,82.
Setelah menyelesaikan studi
S-1 pada bulan Maret tahun 2022, selang 4 bulan kemudian tepatnya pada bulan
Juli tahun 2022 ia memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan S-2
dengan mengambil jurusan Magister Ilmu Hukum (MIH) Universitas Mataram. Alasan ia
langsung melanjutkan studi S-2 yakni karena ia selalu mengingat pesan dari ayahnya
yakni “pendidikan dari seorang anak haruslah lebih tinggi daripada orang tuanya
dan tuntutlah ilmu setinggi langit kemudian aplikasikanlah ilmu yang sudah kamu
peroleh kepada masyarakat yang membutuhkan bantuanmu”. Cita-cita dan pesan dari
ayahlah yang memotivasi dan membuat ia selalu bersemangat untuk melanjutkan
jenjang pendidikan S-2 walaupun dapat dikatakan modal yang dimiliki hanyalah
niat, doa, dan tabungan pribadi yang diperolehnya dari bisnis konveksi yang
telah didirikan sejak duduk di semester 6 saat menempuh pendidikan S-1. Meskipun
harus susah payah untuk mengumpulkan uang kuliah semester, namun hal tersebut
tidak sedikitpun dapat memudarkan semangatnya untuk menuntut ilmu demi
menggapai cita-cita, karena ia selalu percaya bahwa Tuhan akan selalu membuka
pintu rezeki untuk hambanya yang sedang berjuang menuntut ilmu.
Selama menempuh studi S2 terdapat beberapa
pencapaian yang telah ia peroleh yakni ia pernah mengikuti kegiatan Call For
Paper dalam Konferensi Hukum Nasional yang diadakan oleh UPN Veteran
Jakarta dengan menulis artikel ilmiah yang berjudul “Penerapan Metode RIA dalam
Pembentukan Perjanjian Internasional: Upaya Optimalisasi Keterlibatan Rakyat
dalam mewujudkan Negara Kesejahteraan”. Artikel ilmiah yang dipresentasikannya
dinyatakan terpilih menjadi salah satu karya terbaik dan dipublikasikan di
Jurnal Yuridis yang terakreditasi Sinta 3. Selain itu, ketika ia memasuki
semester 3, ia pun berhasil memperoleh beasiswa pascasarjana yakni Beasiswa
Unggulan yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (KEMENDIKBUD RI) yang mencakup 3 komponen pembiayaan yakni biaya pendidikan,
biaya hidup, dan biaya buku. Menjadi penerima / awardee Beasiswa Unggulan
merupakan suatu pencapaian yang sangat membanggakan untuknya, sebab bantuan
yang diberikan melalui 3 komponen dari Beasiswa Unggulan dapat mengakomodir
segala biaya perkuliahannya mulai dari awal sampai dengan akhir. Prinsip yang
selalu ia pegang selama ini yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa Tuhan selalu
membuka pintu rezeki bagi hambanya yang sedang berjuang menuntut ilmu ternyata
benar adanya, hal ini menjadi bentuk konkret kehadiran Tuhan dalam hidupnya.
Setelah menempuh kurang
lebih 1,5 tahun dibangku perkuliahan S2, akhirnya pada bulan Mei tahun 2024 ia
berhasil diwisuda dengan memperoleh indeks prestasi kumulatif yakni 3.97 dengan
predikat Cumlaude atau Pujian. Kemudian tesis yang telah berhasil ia
pertanggungjawabkan dihadapan para pengujipun ia bukukan dengan mengangkat
judul “Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) dalam Hukum Positif Indonesia”.
Melalui buku ini ia menawarkan suatu gagasan / konsep ideal pengaturan salah
satu instrumen pemerintah yang lahir dari kewenangan diskresi yakni peraturan kebijakan
agar dapat diatur dalam Undang-Undang Administrasi Pemerintahan guna mengisi
kekosongan hukum yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kepastian hukum
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pasca menyelesaikan studi tentunya
harapan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di program studi
Magister Ilmu Hukum Universitas Mataram timbul dengan spirit utama tentunya
dapat berkontribusi positif dalam pengembangan pendidikan dan hukum di
Indonesia. Akhirnya impian tersebut terwujud, tak kurang dari 2 bulan pasca
wisuda ia diterima untuk menjadi tenaga pengajar / dosen pada program studi
ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Bumigora NTB. Menjadi seorang dosen
hukum tentunya menjadi suatu kebanggaan untuknya, karena sapaan “Pak Dosen”
akhirnya dapat melekat sebagai sebuah sapaan yang terkadang menggembirakan
namun juga mengkhawatirkan. Menggembirakan karena sapaan tersebut
menunjukkan citra sebagai seseorang yang terpelajar sekaligus sebagai pengajar
yang kelak akan melahirkan insan-insan muda calon penegak hukum masa depan.
Akan tetapi sapaan tersebut juga mengkhawatirkan karena sapaan “Pak Dosen”
merupakan panggilan magis yang membuat ia dianggap kitab undang-undang dan
kamus berjalan oleh masyarakat karena dianggap mengetahui seluruh seluk beluk
hukum dan dapat menyelesaikan masalah hukum mulai dari seseorang terlahir di
dunia hingga meninggalkan dunia. Namun kekhawatiran inilah yang membuat ia bisa
terus meningkatkan kapasitas diri karena hal tersebut menuntutnya untuk terus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan agar tidak tergilas oleh tsunami
kemalasan yang justru kalau dibiarkan juga akan menggilas masa depan.
Menjadi seorang dosen baginya
merupakan paket lengkap untuk dapat berkontribusi kepada negara pada umumnya
dan kepada masyarakat khususnya. Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang terdiri dari pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat merupakan 3 komponen yang wajib ditunaikan. Pada semester awal
perjalanan karirnya sebagai seorang dosen, untuk bagian pendidikan ia
dipercaya untuk mengampu 9 SKS Mata Kuliah yang terdiri atas Hukum Administrasi
Negara, Etika Profesi Hukum, Hukum Tata Ruang dan Perizinan, serta Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Dapat dikatakan cukup banyak juga untuk ia yang baru
belajar merangkak menjadi seorang akademisi. Dalam hal penelitian, ia berhasil
mempublikasikan sebanyak 19 (sembilan belas) karya atau artikel ilmiahnya baik
pada jurnal terakreditasi maupun tidak terakreditasi[1]
dengan memperoleh skor SINTA sejumlah 214 [2].
Sedangkan untuk pelaksanaan pengabdian, ia melakukan pengabdian kepada
masyarakat dengan terlibat sebagai panitia workshop Pendirian Perseroan
Perseorangan dan Pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) Bagi Komunitas Sahabat
UMKM NTB, selain itu ia juga menjadi tim survei beasiwa Kartu Indonesia Pintar
(KIP) bagi mahasiswa/mahasiswi miskin berprestasi.
Perjalanan waktu memang
kerap membolakbalikkan hati / keinginan manusia. Pada akhir tahun 2024 tepatnya
genap satu semester (6 bulan) ia menjadi dosen, secara mengejutkan ia memutuskan untuk hengkang
dari seorang akademisi kemudian beralih menjadi praktisi hukum dengan mendaftarkan
diri pada formasi Perancang Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Hukum
dan HAM Republik Indonesia (KEMENKUMHAM RI) pada penerimaan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) tahun 2024. Beberapa alasan yang menjadi dasar pertimbangan
mengapa ia mengambil formasi dan instansi tersebut yakni: Pertama,
tentunya secara realistis tak lepas dari pertimbangan jenjang karir dan juga
ekonomi bagi seorang aparatur pegawai negeri sipil lebih dapat terjamin bahkan
hingga hari tua; Kedua, menjadi seorang legal drafter juga
merupakan salah satu profesi yang diminatinya karena kesesuaian dengan
spesialisasi yang diambil saat menempuh pendidikan baik S1 maupun S2 tidak
terlepas dari isu-isu seputar pembentukan peraturan perundang-undangan maupun instrumen
hukum lainnya; Ketiga, menjadi seorang praktisi tidak menutup
kemungkinan untuk tetap dapat menyalurkan ilmu yang dimilikinya baik kepada masyarakat
melalui kegiatan sosialisasi hukum yang diadakan oleh instansi maupun dengan
menjadi dosen praktisi ilmu perundang-undangan pada perguruan tinggi negeri
ataupun swasta nantinya.
Setelah melalui 6 (enam)
tahapan seleksi mulai dari tahap administrasi; tahap Seleksi Kompetensi Dasar
(SKD); tahap Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Non-CAT diantaranya yaitu tes kesehatan,
psikotes, praktik kerja, wawancara; dan tahap Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CAT, pada
akhirnya ia berhasil lulus menjadi salah satu dari 210 orang yang dibutuhkan
untuk menempati formasi tersebut dengan berhasil menyingkirkan sekitar 3.722 orang se-Indonesia. Tentunya pencapaian ini merupakan salah satu buah hasil
kerja keras yang telah berhasil dipanen dari pohon perjalanan hidup yang telah
berhasil dirawat olehnya dengan pupuk yang diperoleh dengan penuh susah payah,
jatuh bangun, tawa dan tangis, serta banyak hal lain yang tak bisa diuraikan satu
persatu melalui tulisan ini. Akan tetapi ini bukanlah akhir melainkan awal baru
baginya untuk memulai perjalanan, karya, dan pengalaman baru, hingga akhir
cerita yang tak dapat diprediksi seperti apa nantinya. Semuanya pasti tak mudah
tapi ia selalu percaya bahwa tidak mudah bukan berarti tidak mungkin
selama pohon kehidupan tersebut tetap tumbuh subur dengan berbagai komponen
(doa,cinta, dan harapan) yang senantiasa merawatnya.
(BERSAMBUNG)
[1] Profil Google Scholar Eduard
Awang Maha Putra https://scholar.google.com/citations?user=hGOs0H0AAAAJ&hl=id
[2] Profil SINTA Eduard Awang Maha
Putra https://sinta.kemdikbud.go.id/affiliations/authors/2419?q=eduard+awang+maha+putra
Komentar
Posting Komentar